Kasus pribadi.
Kadang menceriterakan penyakit sendiri terasa malu. Tapi bila kisah
ini bermanfaat untuk orang lain, siapa tahu bisa lebih mencerahkan kehidupan.
Paling singkat, tentunya gambar ini cukup memberikan alasan, mengapa saya
begitu “terpesona” oleh manfaat Kefir untuk kesehatan.
Berfoto dengan murid dan mantan murid setelah 30 tahun.
Ambeien/wasir.
Akibat cara “ngeden” yang salah pada saat BAB dan
konsumsi antibiotika yang membunuh semua mikroflora usus, maka tinja menjadi
keras dan BAB tidak lancar, kemudian jadilah ambeien, sampai ada bagian otot
yang keluar saat BAB, dan bila selesai BAB harus ditekan masuk kembali. Mestinya
dioperasi, tapi enggan karena malu. Kemana-mana selalu bawa obat wasir dan
menggunakan ‘anusol’. Setelah BAB lancar karena minum Kefir, mungkin setelah tiga-empat tahun, bagian yang selalu
keluar ini lepas dengan sendirinya dan semuanya sekarang lancar-lancar saja.
Saya bersama Pak Iwa
yang sepuluh tahun lebih muda, ketika mengunjungi rumah Kefir.
|
Batu ginjal.
Dimulai dengan pinggang yang selalu pegal. Setelah sekitar 4
– 5 tahun minum Kefir, suatu hari air seni berdarah, dan ada batu kecil keluar.
Ternyata masih ada beberapa serpihan lagi. Selama beberapa bulan berikutnya,
minum Kefir diintensifkan dan juga minum ‘Batugin Elixir’. Dalam 3 – 4 bulan
kemudian keluar lagi beberapa batu kecil melalui air seni, dan setelahnya tidak
ada masalah lagi.
Gout/kelebihan asam urat.
Akibat makan yang tidak dijaga, kasus bengkak sendi kaki ini
sering terjadi, sampai pernah terkurung di lantai 2 tempat kontrakan di Jakarta
karena tidak bisa pulang dan tidak kuat turun tangga. Bila asam urat di atas 8 (mg/dl),
bengkak muncul, dan sakitnya sangat ‘mantap’, sampai panas dingin. Sebelum
minum Kefir, penyakit ini datang tiba-tiba dan dengan minum obat dokter, baru
reda setelah 4 - 7 hari. Itupun dibantu diet yang super ketat.
Setelah minum Kefir, pada angka 12 bengkak tidak terjadi,
dan mulai terasa gejala gatal/agak sakit bila melewati 13. Bila ini terjadi,
tambah porsi minum Kefir, yang biasanya sehari segelas menjadi dua sampai 3
gelas. Kadang dibantu satu tablet allopurinol 100 mg, setiap minum Kefir, dan
dalam 2 hari saja rasa tidak nyaman pada sendi sudah hilang, tanpa sempat
bengkak.
Jadi untuk gout
ini, sebelum minum Kefir, bengkak datang sangat cepat, tapi lenyapnya lambat.
Setelah minum Kefir, datangnya lambat, dimulai semacam “peringatan dini” tapi
lenyapnya cepat. Saat ini angka asam urat saya sekitar 11, dan ini masih belum
mengganggu. Tapi kalau tanya ke dokter, tentu saja dianggap sangat tinggi.
Bahkan seorang keponakan saya yang juga rajin minum Kefir, asam uratnya 15, dan
tidak ada keluhan.
Perlu dicatat bahwa asam urat ini adalah anti oksidan (juga
anti kanker) yang sangat kuat. Ini memberi tambahan pada daya tahan tubuh untuk
tidak mudah terkena infeksi. Jadi, dengan Kefir, manfaat asam urat menjadi
maksimal, sementara gangguan akibat terjadinya kristal asam urat yang
menyebabkan bengkak tidak terjadi.
Bisa mandi air dingin.
Memang memalukan. Sejak kecil, sampai usia menjelang 50
tahun, tiap hari selalu mandi dengan air hangat. Bila mandi dengan air dingin,
langsung selesma.
Satu hari, ketika harus pergi ke Jakarta dengan kereta api
subuh, ternyata pemanas air di kamar mandi rusak, padahal waktu sudah mepet.
Tapi badan rasanya tidak nyaman bila tidak mandi (Sunda : keunang). Terpaksalah mandi air dingin, dan tergesa-gesa ke
setasiun. Heran, ternyata badan terasa segar sampai sorenya pulang lagi, dan
kembali mandi air dingin.
Sejak saat itu, sudah lima belas tahun, pemanas air di kamar
mandi tidak dibetulkan. Kalaupun suatu ketika perlu mandi dengan air hangat, ya
rebus air saja. Inipun hanya terjadi dua atau tiga kali saja selama 15 tahun
itu. Sekarang, mandi jam 10 malampun dengan air dingin, tidak masalah. Tapi
kalau menginap di hotel, kemanjaan yang dominan, lalu berendam lagi dengan air
hangat.
Maag.
Penyakit ini ringan, tapi bisa sangat menjengkelkan. Pertengahan
tahun 1980-an pernah beberapa kali berhenti di jalan dengan rasa sakit seperti
ingin buang air besar, tapi tidak ada yang keluar. Pernah seharian terpaksa
tidur atau duduk merongkol karena tidak kuat tegak akibat maag. Berbagai obat pernah dicoba, termasuk bawang merah, coca-cola
dan antacid yang cuma menyisakan batu
ginjal. Tentu saja itu kisah lama, yang setelah setahun saja mengonsumsi Kefir,
tidak pernah terjadi lagi.
Hiperkolesterol.
Kolesterol pernah di atas 400, dan trigliserida di atas 1000
!!. Sampai secara bergurau saya mengatakan : “Terlalu banyak air dalam saluran
lemak saya...”
Mantan murid saya yang bekerja di Laboratorium Prodia sampai
berucap “Amit-amit..”.
Punggung dan leher pernah terasa begitu kaku, lalu dipijat
oleh seorang tukang pijat/sinshe(?) di seputaran Jl. Gunung Batu, Bandung,
dengan diinjak-injak sampai lecet-lecet
dan meriang.
Sekarang, kolesterol berada pada kisaran 200 saja, dan
dengan sedikit olahraga, langsung berada pada kisaran 160 – 180.
Makan seperti anak SD kelas 2.
Tapi berat badan sulit turun. Selama lebih 10 tahun ini
stabil pada kisaran 80 – 82 kg, padahal cita-citanya 73 kg (tinggi 170 cm).
Lebih bugar bila olahraga.
Tentu saja, olahraga adalah hal yang tidak tergantikan. Bila
sibuk, dan ini bisa cukup lama, “olahraga”nya hanya membungkuk 17 kali sehari dan
menyentuhkan dahi ke lantai 34 kali sehari. Inipun sudah terasa sekali
memberikan kesegaran pada tubuh.
Masih bekerja 4 – 8 jam di depan komputer. Alhamdulillah
masih terasa nyaman, tapi tentu saja rindu untuk setidaknya “ngagoes” lagi.
Hepatitis.
Sebenarnya isteri saya yang terkena Hepatitis B. Saat itu
belum kenal Kefir, dan tentu saja saya juga terkena. Namun kebetulan kondisi
saya masih kuat, sehingga walaupun sempat hasil laboratorium menunjukkan
positif Hepatitis, dan urin juga berwarna coklat (dari bilirubin), namun bisa
sembuh dengan cara meningkatkan kualitas makanan secara maksimal. Setelah rutin
minum Kefir, gejala Hepatitis sekecil apapun tidak pernah mampir lagi.
Migren.
Dulu, sedikit saja kena hujan (justru kalau hujannya
sedikit/kena gerimis) kepala langsung berdenyut-denyut. Juga kalau terlambat
makan. Mulanya masih menggunakan analgesik, terutama aspirin.
Sekarang kalau kehujanan tidak apa-apa. Tapi kalau terlambat
makan, kadang-kadang masih suka agak pusing juga.
Tapi tidak perlu minum obat. Minum saja segelas Kefir,
ngantuk, tidur dan segar kembali....
Itu pengalaman pribadi di awal konsumsi Kefir. Masih ada kisah
lain sesudah lama mengonsumsi Kefir, untuk ceritera pada bab berikutnya.
Kasus Herpes.
Sekitar bulan Juni 2004, saya bertemu dengan pasangan suami
isteri yang sedang kebingungan. Isterinya hamil 7 bulan dan menderita Herpes Zooster. Saat itu mereka baru
keluar dari praktek dokter di sekitar Cimareme Bandung, memegang selembar resep
untuk 30 tablet obat Herpes (obat anti virus?) seharga kurang lebih Rp
750.000,- Itupun di apotik belum tersedia dan harus pesan, bayar dulu besoknya
obat baru bisa diambil.
Kebetulan beberapa hari sebelumnya dari internet saya
membaca tentang pengobatan herpes dengan Kefir, termasuk resep untuk obat luar
(dioleskan) dan untuk diminum. Mendengar obrolannya, saya memberanikan diri
mendekat dan saya ceriterakan tentang Kefir. Pada saat ngobrol itu, kebetulan
seorang teman datang, dan ternyata mereka kerabat (tetangga) dari teman saya
itu, sehingga mendorong untuk menerima tawaran saya. Malam itu juga saya
bawakan Kefir ke rumahnya, berikut penjelasan mengenai penggunaannya.
Dalam tiga hari, luka bernanahnya kering, dan dalam waktu
seminggu sudah bersih. Minum Kefir diteruskan sampai 2 minggu berikutnya.
Peristiwa ini sempat membuat saya beberapa malam tidak bisa
tidur, maklumlah bukti nyata belum ada.
Alhamdulillah, tidak pernah kambuh, dan putrinya lahir
sehat. Padahal umumnya kalau sudah terkena herpes seperti itu, konon
bertahun-tahun setelahnya asal kena dingin saja, suka muncul rasa ngilu, dan
bila kondisi badan buruk, bisa kambuh.
Kasus Pencernaan
Maag.
Seorang dokter gigi teman sejawat isteri saya, setelah
mendengar tentang khasiat Kefir untuk mengatasi masalah pencernaan, sekitar
2005, datang ke Rumah Kefir. Beliau ini sudah empat kali harus diopname akibat
maag ini. Tentu saja sebagai seorang ahli kesehatan, tidak sembarang mau
menggunakan “obat” yang tidak jelas, apalagi selalu saya tekankan bahwa Kefir
bukan obat, walaupun khasiatnya seringkali melebihi obat.
Untungnya, sekarang hampir segala jenis keilmuan teoritis
mudah ditemukan di berbagai situs di internet. Dari situlah bahan saya untuk
menjelaskan. (Ini akan diuraikan secara mendalam pada Jilid 2). Dokter Gigi ini
kemudian pulang dengan membawa beberapa botol Kefir.
Hanya berselang seminggu, sudah memesan lagi, dan menyatakan
gembira bahwa pencernaannya sudah baik. Sampai sekitar setahun, beliau turut
mempromosikan Kefir untuk para sahabat, kerabat dan pasiennya.
Dalam seminggu, pernah sampai membeli satu box (20 liter)
Kefir. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, saya tidak mendengar beritanya
lagi. Biasanya karena sudah membuat sendiri, atau terkena syndrome “Kefir itu
obat”, sehingga setelah sembuh lalu berhenti.
Sembelit.
Pak Hertono bersama dengan peserta Sarasehan Kefir, Pebruari 2013.
Berdasarkan informasi dari internet, beliau membeli dan mengonsumsi
Kefir. Hanya dalam 3 hari, semuanya lancar. Sejak itu, sudah lebih dari 3
tahun, tidak pernah lagi mengalami sembelit, bahkan beliau menyatakan bahwa staminanya,
baik siang maupun “malam” meningkat signifikan.
Sekarang pak Hertono ini menjadi salah satu andalan bagi
pengembangan Kefir melalui KKI dan AKSI, sebagai Ketua Bidang Pengembangan dan
Pelatihan.
Kasus Diabetes 1
Pertama kali menangani penderita diabetes adalah pada
seorang sahabat, teman kuliah satu angkatan di bawah saya. Beliau juga dosen di
satu Universitas Swasta di Bandung. Ketika terbetik berita bahwa teman ini
sudah beberapa bulan tidak mengajar karena menderita diabetes, saya lalu datang
ke rumahnya untuk menengok.
Setelah mengetuk pintu, dia sendiri yang membukakan pintu.
Sambil “melihat” kepada saya, dia berkata : ”Ini siapa ya? Mau ketemu siapa?”.
Kaget saya menjawab “Waduh, masa kamu lupa sama saya...?”.
Mendengar suara saya, dia langsung berkata “Oh.. Andang, ayo
masuk...”.
Memang diabetes bisa merambat kemana-mana. Untuk teman ini
yang kena duluan adalah matanya. Saya bawakan Kefir, untuk diminum tiga kali
sehari, dan saya jaga agar pasokannya tidak terhenti.
Tiga bulan kemudian, bulan Juli 2004, dia datang mengendarai
mobil sendiri ke Rumah Kefir. Kemudian menulis testimoni di Harian Pikiran
Rakyat pada sekitar Nopember 2004.
Kasus Diabetes 2
Ini testimoni Bapak Hajar Pahlawi, Pangkalpinang.
Tahun 1997 saya divonis dokter sakit diabetes dan kadar gula
darah pernah mencapai angka 660. Dan pada bulan Mei 2004 saya harus menjalani
operasi penyedotan nanah dan darah akibat dari penyakit diabetes ini. Berat
badan anjlok drastis dari 70 kg turun menjadi 50 kg. Pasca operasi, saya
diharuskan dokter untuk selalu menyuntikkan insulin sehari 3x, karena kata
dokter fungsi pankreas saya tinggal 5%.
Bila saya tidak menyuntikkan insulin, maka badan terasa
lemas, gemetar dan banyak makan (terasa lapar terus). Kadar gula darah sedikit
turun menjadi 480.
Hal ini sedikit banyak mengganggu aktifitas saya sebagai
seorang guru matematika di salah satu SMP Negeri di Pangkal Pinang.
Belum lagi biaya untuk membeli obat insulin cukup
memberatkan yaitu hingga mencapai Rp 2.000.000/ bulan. Hal ini saya alami selama
kurang lebih 6 tahun (non stop menyuntik
insulin).
Hingga pada bulan Juni 2010 saya mengetahui info tentang Kefir dan
segera memulai konsumsi secara rutin 2x sehari. 3 bulan setelah mengonsumsi
kefir, saya masih menyuntik insulin hanya dosisnya sudah mulai berkurang.
Setelah berkonsultasi dengan pembuat/ penjual kefir di Bandung, maka pada bulan
Juli 2011 saya memberanikan diri untuk menghentikan suntik insulin dan hanya
rutin mengonsumsi kefir saja 2x sehari (tanpa obat lain). Dan alhamdulillah,
ternyata saya bisa terlepas dari ketergantungan insulin berkat rajin minum
Kefir.
Pak Hajar Pahlawi ketika berkunjung ke Rumah Kefir setelah terbebas dari suntikan insulin.
|
Buat para penderita diabetes, tak perlu berkecil hati dengan
vonis dokter yang mengatakan bahwa diabetes tidak dapat disembuhkan. Saya
sangat menyarankan untuk mencoba produk Kefir, karena saya sendiri sudah
membuktikan dan merasakan manfaat kefir yang luar biasa. Kesaksian ini saya
sampaikan dengan sebenar-benarnya dan agar berguna bagi sesama.
Catatan : Pak Hajar ini membuat Kefir sendiri, berupa Kefir
Optima dengan menggunakan bibit praktis/Kefir Prima sekali pakai. Susunya diperoleh
dari peternakan sapi perah di Pangkal Pinang.
Keracunan Steroid.
Ini peristiwa tahun 2003. Saya punya seorang bibi (usia 70
tahun) yang menderita keracunan steroid yang dari obat rematik. Badannya
bengkak karena air yang tidak tertumpuk di badan, beratnya bertambah dari
sekitar 80 kg menjadi sekitar 100 kg. Kulitnya rapuh, kalau digaruk langsung
terkelupas. Makanpun harus sangat berhati-hati. Keliru menu sedikit saja
langsung diare. Saya coba kirimkan Kefir beberapa kali, tapi beliau tidak mau
meminumnya, karena rasanya yang asam. Dokter melarang minum yang asam.
Kebetulan menantunya adalah seorang apoteker, yang dari
literatur mengetahui bahwa Kefir baik untuk kesehatan. Kefir yang saya kirimkan
diminum olehnya. Terasa bahwa kesehatannya membaik, termasuk gejala rematik
yang dirasakannya juga hilang. Akhirnya dengan sabar membujuk agar mertuanya
ini minum Kefir juga, dan berhasil. Menantunya ini yang kemudian selalu pesan
Kefir.
Dalam tiga bulan, berat badannya kembali ke “normal”, turun
sekitar 20 kg. Beberapa waktu kemudian, ketika saya berkunjung, bibi ini tengah
makan karedok dan goreng jambal roti. Makanan kesukaan yang sama sekali tidak
bisa dimakan saat masih keracunan. Balas dendam rupanya.
Sampai saat ini masih rutin mengonsumsi Kefir...
Kasus Batu Ginjal
Kasus Chikungunya.
num
Kefir, walaupun pada awalnya sering dimuntahkan kembali.
Alhamdulillah, dalam 4 hari kondisinya sudah
sangat membaik, bisa makan normal. Dalam seminggu, sebagai Ketua Pengajian ibu-ibu
setempat, beliau sudah bisa ikut pengajian lagi. Jamaah sungguh merasa kaget
atas kehadirannya yang begitu cepat.
Sang ibu yang tadinya anti minum
susu dan Kefir, padahal Dede Qikan ini sudah 5 tahun bekerja di Rumah Kefir dan
berkali-kali membujuk supaya mau minum Kefir, selalu ditolak, sekarang menjadi
rajin minum Kefir, dan kondisinya jauh lebih baik dari sebelum sakit.
Kasus Hepatitis.
Adik seorang pelanggan Kefir menderita Hepatitis, dan
berobat ke dokter yang dikenal sebagai “ahli hepatitis”. Seminggu sekitar Rp
1,- juta yang dikeluarkan untuk biaya lab, obat dan dokter. Setelah berjalan 3
bulan, bertanya kepada dokternya, kapan bisa sembuh? Dokter menjelaskan bahwa
masih diperlukan antara 6 bulan sampai se tahun sampai pulih.
Kenangan dengan pak Agus (berbatik menghadap kamera), tuan
rumah Deklarasi KKI/AKSI 14 September 2011
Pelanggan ini kemudian memberikan Kefir kepada adiknya itu,
dan dikonsumsi sehari dua sampai tiga kali. Dalam 2 bulan, pemeriksaan lab
menunjukkan kondisinya sudah normal. Sayangnya, setelah sembuh, berhenti minum
Kefir, walaupun sekarang sudah berjalan lebih dari 4 tahun dan tidak kambuh.
Pak Agus mengisahkan ini pada acara Deklarasi AKSI/KKI pada
14 September 2011 di Rumah Makan Setuju Utama yang dikelolanya.
Kasus Fistel Ferianal
Rematik & gangguan jantung.
Ayah seorang sahabat telah berulang kali dirawat di RS
Rajawali Bandung tahun 2002 usia sekitar 75 tahun). Menurut dokter D, terjadi
gangguan jantung disamping rematik. Pada
saat bangun tidur, perlu setengah jam untuk bisa bangkit. Untuk bisa bertopang
kaki, harus dibantu tangan memindahkan kaki agar bisa bertopang pada kaki
satunya. Denyut jantung meningkat sampai di atas 150 kali semenit, seperti
orang yang sedang lari marathon. Uniknya, tidak merasakan gejala apa-apa selain
tidak bisa tidur saja. Menurut dokter, ini lebih berbahaya, karena sistem
“peringatan dini” berupa rasa sakit tidak bekerja.
Setelah kondisinya dianggap stabil, diizinkan pulang dari
rumah sakit. Sebelum pulang, beliau bertanya, boleh tidak kalau bepergian.
“Kemana?” tanya dokternya.
“Ya misalnya ke Cimahi, ada besan disana..” (Rumahnya
seputaran Jl. Pajajaran Bandung). “Kalau ke Cianjur?” (disana juga ada kerabat beliau). Dengan
ketus dokter D ini menjawab : “Ya.., kalau tidak mau pulang lagi boleh
saja....”.
Sepulangnya dari rumah sakit, beliau atas anjuran putranya
yang sudah menjadi langganan Kefir lalu rutin minum Kefir. Beberapa bulan
kemudian rematiknya nyaris sembuh sempurna, sehingga untuk pertama kalinya
selama bertahun-tahun bisa antri mengambil sendiri uang pensiunnya di KPN.
Beberapa waktu kemudian beliau berencana menengok anak dan
menantunya yang baru pindah ke Medan karena promosi jabatan di instansi tempat
kerjanya. Untuk amannya, beliau datang ke dokter untuk periksa kesehatannya dan
“minta izin” untuk pergi ke Medan dengan pesawat dari Jakarta. Dokter D
mengatakan “Tidak ada masalah, silakan ...”.
Motivasi makin bertambah.
Kasus-kasus lain, selama lebih sepuluh tahun memasyarakatkan
Kefir masih banyak. Hal ini menambah motivasi untuk terus menyebarkan Kefir
untuk menyehatkan semua orang, khususnya kerabat, sahabat dan kalau bisa
seluruh bangsa Indonesia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar